Asma'ul Husna

Laman

Thursday 4 February 2016

Belajar Kapanpun



Selepas kelulusan s1 saya memilih untuk melanjutkan studi s2, bisa dibilang ini merupakan keinginan yang terpenuhi, karena jujur saja sebelumnya tidak ada bayangan untuk melanjutkan studi, dan alhamdulillah Allah memiliki rencana lain dan saya bisa melanjutkan studi magister di Sekolah Bisnis IPB (SB-IPB)

menurut saya belajar merupakan suatu keharusan bagi siapapun, ya meskipun belajar tidak selamanya harus di ruangan kelas. Bagi mereka yang tidak kuliah pun harus ada dalam dirinya untuk selalu belajar disetiap saat, setiap aktivitas yang dilakukan dan dimanapun dirinya berada. Karena saya sangat yakin, mereka yang berpendidikan jauh memiliki pola pikir dibandingkan yang tidak.

Bayangkan saja para ulama muslim zaman dulu, beliau tidak segan-segan untuk berjalan puluhan bahkan ratusan kilometer hanya untuk berjumpa dengan guru dan memohon izin untuk diajarkan suatu ilmu. Jika dibandingkan dengan saat ini maka kita tidaklah ada apa-apanya dibandingkan beliau. Jika saat ini mudah saja, ketika menemukan suatu permasalahan kita tinggal mengungkapkan apa yang ada difikiran kita, tanpa merasakan lemah akan kefakiran ilmu. Atau bisa saja kita tinggal membuka laptop dan mengunjungi website-website yang tidak jarang didalamnya terdapat informasi sesat.

Ya pada intinya, tetaplah belajar, dimanapun kamu berada. Belajar tidak harus dikelas, belajar hanya butuh kemauan yang kuat untuk kamu dapat mencari guru untuk ditanyai suatu permasalahan dalam kehidupanmu.

Tetaplah semangat. Belajarlah, karena terus belajar merupakan tanda kesyukuran kepada Sang Pemberi Ilmu.

Friday 18 September 2015

SEDANG INGIN BERDO'A

Lama sudah saya tidak menulis, bukan semata-mata karena malas. Melainkan dalam hati daya ada keinginan kuat apabila saya menulis maka tulisan tersebut haruslah memiliki manfaat yang besar dan minimal memiliki dampak positif bagi siapapun yang membaca.

Dan malam ini saya sedang ingin berdo'a. Berdo'a atas apapun yang terjadi di negri ini, baik dari permasalahan agama, politik maupun muamalah antara manusia sekitar

Saya ingin berdo'a semoga apa yang terjadi merupakan cara Allah menjadikan kita menjadi umat yang sabar, kuat menghadapi cobaan dan terus berjuang untuk menegakkan kalima tauhid.

Semoga apa yang terjadi bagi negri ini merupakan satu pelajaran berharga bagi anak muda untuk dapat menjadi lebih baik dari para pendahulunya

Semoga permainan duniawi yang hanya dilakukan segelintir orang mampu menjadikan kita sebagai umat yang lebih berhati-hati atas segala situasi.

Semoga lisan kita terjaga dari perkataan kotor

Semoga mata kita terjaga dari pandanga-pandangan kotor

Semoga telinga kita dihindarkan dari pendengaran yang buruk

Semoga kaki kita dikuatkan untukd dapat terus melangkah di jalan kebenaran

dan semoga hati kita dibersihkan dari perasaan riya, hasad, dengki serta perasaan-perasaan kotor yang Allah tidak suka dengan itu semua.

Amiin.

Tuesday 17 March 2015

SARAN BAGI PARA PENDAKWAH

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Lama sekali rasanya saya tidak menulis hehehe, disamping malas, rasanya saya belum cukup cakap untuk menyebarkan tulisan informatif dan inspiratif bagi sahabat di dunia maya ini. Betapa tidak, saya merasa ilmu yang saya miliki masih sangat cetek sehingga khawatir bahwa apa yang saya tulis malah menjurus ke arah kebodohan atau tidak ada manfaatnya sama sekali.

Namun, jika berfikiran seperti itu terus kapan mau majunya? sedangkan diluar sana sudah sangat banyak sekali berita-berita pembodohan umat yang tersebar tanpa disaring.

Oke kita mulai. Sedikit ingin bercerita tentang kondisi masyarakat negri kita ini. Memang saya belum bisa menyebutnya ini suatu kondisi masyarakat secara keseluruhan, karena data yang saya ambil hanya data masyarakat yang berada di lingkungan saya pribadi.

Saya tinggal di suatu perkampungan, dimana masyarakatnya setengah rajin ke mushola dan setengahnya tidak, dan hampir semua tertera di KTP miliknya beragama Islam. Memang sih, berangkat atau tidaknya seseorang menuju masjid/mushola tidak menjadi parameter bahwa Islam orang tersebut lemah. Barangkali saja mereka yang tidak pernah ke masjid jauh lebih khusyu' jika sholat bersama keluarga atau sendirian. Maka dari itu saya tidak akan menilai dari sisi ini.

Sebagai orang yang dianggap sedikit paham tentang agama, saya beberapa kali ditunjuk untuk mengisi mau'idzoh hasanah ketika pengajian. Sebenarnya ada rasa khawatir dalam hati ketika menyampaikannya, khawatir jika apa yang disampaikan adalah hal-hal yang sama sekali tidak ada dalam diri saya. Na'udzubillah

Tapi dari rasa khawatir itu selalu muncul dalam benak saya bahwa saya harus memberi manfa'at bagi lingkungan sekitar, dengannya saya mempersiapkan materi yang baik dan bagus sehingga masyarakat dapat menerima tanpa ada rasa kesal atas ucapan saya.

Dengannya ini adalah suatu sarana dakwah bagi saya.

BAGAIMANA CARA BERDAKWAH YANG BAIK?

Menurut saya, terlepas dari dalil Al-Qur'an maupun As-Sunnah. Saya berpendapat bahwa dakwah yang baik pertama adalah melalui keteladanan. Bukankah Nabi Muhammad sebelum diutus menjadi seorang Rasul sudah memberikan keteladanan yang sangat baik kepada lingkungan sekitar? Sehingga melekat daripadanya kalimat Shiddiq, Amanah, Tabligh, Fatonah.

Oleh karenanya sebisa mungkin apa yang disampaikan ketika berdakwah adalah apa-apa yang orang lain biasa dan bisa lihat kepada keseharian kita.

Kedua, jangan terlalu keras dalam berdak'wah, bukankah Rasul melakukan dakwah dengan cara yang lemah lembut sehingga banyak orang yang hatinya terketuk? Jika mengambil contohnya dengan berperang, itu adalah konsekwensi apabila kita sudah diperangi terlebih dahulu. Jika yang terjadi adalah perang pemikiran melalui media-media sekuler, maka kita juga harus memeranginya dengan ilmu pengetahuan melalui media dengan cara masiv dan benar.

Tapi, keras yang saya maksud di atas adalah, dalam penyampaian kita terlalu sering menyebut surga dan neraka, misalkan atas perkara kejahatan kecil pasti masuk neraka ataupun kebalikannya. Karena perlu diketahui bahwa yang memasukan umat manusia ke dalam syurga maupun neraka adalah Sang Pemilik keduanya. Kita hanya bisa menyampaikan bagaimana jalan meraih antara syurga dan neraka, kita tidak boleh langsung memvonis bahwa orang tersebut pasti masuk syurga atau neraka. Bukankah Allah sudah menentukan siapa-siapa saja yang dipastikan masuk syurga? oleh karena itu kita dilarang menentukan sendiri bahwa si fulan pasti akan masuk neraka. Na'udzubillah, semoga lisan kita terjaga.

Ketiga, apabila dakwah dengan ceramah, sampaikan isi dari dakwah dengan cerita atau kisah yang inspiratif dan hampir semua orang taum angkat kembali kisah tersebut khususnya kisah-kisah yang ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga ketika kita menyampaikan kisah tersebut, yang tersentuh adalah hati para pendengar, mereka akan menyadari dalam hatinya "Oh iya ya, saya seperti itu, ternyata seperti itu tidak boleh dan bla, bla, bla.

Dengannya yang tersentuh adalah hatinya, jika ucapan kita mampu menyentuh hatinya dengan ucapan yang lebut, maka percayalah bahwa orang tersebut akan berubah secara perlahan dan kita diharuskan untuk selalu membimbingnya.

wallahu a'lam disshowaab

ada banyak poin lainnya yang belum disampaikan, Insha Allah disambung di lain kesempatan

Wassalamu'alaikum ikhwattii fillaah :)

Tuesday 30 December 2014

Depopulasi Muslim Indonesia



Pagi tadi saya mendapat kiriman pesan dari rekan terkait Depopulasi Muslim Indonesia, peringatan dari Habiburrahman El-Shirazy

Saya membaca dengan seksama, dan apa yang terbaca adalah gambaran nyata apa yang terjadi di negri ini. Memang bagi sebagian orang berpendapat bahwa Indonesia bukanlah negara Islam, Indonesia negara siapapun.

Ada rasa sedih dalam hati ketika membacanya, di satu sisi saya tidak dapat memungkiri bahwa umat Islam masih terpecah belah, mementingkan golongannya sendiri sehingga lupa untuk bersatu padu. Sisi lainnya, arahan media menjurus kepada berita-berita yang sama sekali tidak ada bobotnya, jauh dari ajaran moral malah mengajarkan kepada anak-anak bangsa untuk hidup bebas sesuai keinginannya.

Berikut tulisan yang saya dapat dari rekan saya:

Adiba Hasan|News

Ilustrasi - Depopulasi Muslim Indonesia, peringatan dari Habiburrahman El-Shirazy

JAKARTA (Arrahmah.com) - Mengutip laporan MINA pada Selasa (2/12/2014), Habiburahman El-Shirazy, penulis novel yang sering disapa Kang Abik ini mengatakan bahwa kaum salibis Indonesia tercatat terus mengalami peningkatan populasi. Sementara ummat Islam kian menurun populasinya (depopulasi), baik atas kelahiran atau perpindahan agama (-red).

Pada tahun 80-an penduduk Muslim di Indonesia masih lebih dari 90%, tahun 2000 populasi Muslim turun ke angka 88,2%, dan tahun 2010 turun lagi menjadi 85,1%. Di Indonesia pertumbuhan agama Islam justru menurun drastis, seperti data di bawah ini:

Berdasarkan hasil riset Yayasan Al Atsar Al-Islam (Magelang) dan dalam rangkaian investigasi diperoleh data bahwa, Kristen dan Khatolik di Jateng telah meningkat dari 1-5 % diawal tahun 1990, menjadi 20-25% dari total jumlah penduduk.

Dari laporan Riset Dep. Dokumentasi dan Penerangan Majelis Agama Wali Gereja Indonesia, sejak tahun 1980-an setiap tahunnya laju pertumbuhan umat:

Khatolik: 4,6%,
Protestan 4,5%,
Hindu 3,3%,
Budha 3,1% dan
Islam hanya 2,75%.

Dalam buku Gereja dan Reformasi penerbit Yakoma PGI (1999) oleh Pendeta Yewanggoe, dijelaskan jumlah umat Kristiani di Indonesia (dari Riset) telah berjumlah lebih 20%. Sedangkan Global Evangelization Movement telah mencatat pertumbuhan umat Kristen di Indonesia telah mencapai lebih 40.000.000 orang (19 % dari total 210 jt jumlah penduduk Indonesia).

BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia melaporkan penurunan jumlah umat Islam di Indonesia. Contohnya di Sulawesi Tenggara turun menjadi 1,88% (dalam kurun waktu 10 tahun).  Demikian pula di Jawa Tengah, NTT dan wilayah Indonesia lainnya.

Dalam Kiblat Garut 26 Juni 2012, Menteri Agama RI saat itu, Suryadharma Ali mengatakan, dari tahun ke tahun jumlah umat Islam di Indonesia terus mengalami penurunan. Padahal di sisi lain, jumlah penduduk Indonesia terus bertambah. Semula, jumlah umat Islam di Indonesia mencapi 95 persen dari seluruh jumlah rakyat Indonesia. Secara perlahan terus berkurang menjadi 92 persen, turun lagi 90 persen, kemudian menjadi 87 persen, dan kini anjlok menjadi 85 persen.

Menurut data Mercy Mission, sebanyak 2 juta Muslim Indonesia murtad dan memeluk agama Kristen setiap tahun.

Jika ini berlanjut, diperkirakan pada tahun 2035, jumlah umat Kristen Indonesia sama dengan jumlah umat Muslim. Pada tahun itu, Indonesia tidak akan lagi disebut sebagai negara dengan penduduk mayoritas Muslim.

Hal tersebut ditanggapi Kang Abik, dengan membandingkannya dengan kondisi Muslim Filipina. Ia mengatakan bahwa, "Dahulu, wilayah Mindanau, Filipina Selatan mayoritas penduduknya adalah Muslim, sekarang menjadi minoritas.

Berdasarkan data statistik pada Jurnal Ayat Az-Zaman, no. 15, 2005, h.15, pada tahun 1918, Muslim 49%, kristen 22%. Namun dalam kurun waktu 50 tahun kemudian, yaitu tahun 1970, Muslim 19,43%, sementara kristen 75,12%.

Na'udzubillahi min dzalik, "sejak saat itu sampai sekarang, Muslim Mindanau menjadi minoritas yang harus berjuang, sekadar untuk menentukan nasib sendiri," pungkas Kang Abik.

Maka akankah kita kaum Muslimin berleha-leha atas aneka pemurtadan yang dilakukan para misionaris atau bangga dengan keturunan Muslim "sengaja dibuat sedikit" (baca: depopulasi Muslim lewat propgram KB) dan tidak jelas akidahnya? Mari kita lanjutkan dakwah ini, agar Malaikat tidak bertanya mengapa kita dahulu membiarkan saudaranya disesatkan oleh kaum yang mentigakan Allah subhanahu wata'ala. (adibahasan//arrahmah.com)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Monday 29 September 2014

UMUR


Siang ini sengaja ingin mengutak-atik blog yang sudah mulai terisi oleh sarang laba-laba. Rutinitas harian membuat jari-jari ini enggan untuk membersihkannya dengan tulisan. Hampir dua bulan lamanya aku tidak menggerakkannya di atas nuts keyboard komputer, padahal bisa saja setiap hari aku menulis sepatah dua patah bahkan 10 patah kata didalamnya, tapi rasa malas selalu hadir menemani hari-hari dan berusaha mencegah produktivitas diri untuk keluar dari tubuh ini.

Siang ini berbeda, semoga selalu berbeda dan semakin semangat untuk terus menulis. Ya, tulisan ringan namun sarat akan nasihat khususnya bagi diri sendiri, nasihat untuk selalu lebih baik kedepannya, bukan nasihat yang berisi sindiran bagi orang lain.

Beberapa waktu lalu saya mendengar seseorang mengatakan "Age is just a number" kalo tidak salah jika dipahami menggunakan bahasa Indonesia memiliki arti "umur hanya angka semata". Lebih luasnya yang saya pahami adalah bahwa setiap makhluk yang hidup memiliki umur, dan umur bukanlah parameter seseorang dikatakan hebat, Mungkin sebagian orang menggunakan umurnya semata-mata untuk dikatakan senior oleh sebagian lainnya, tapi banyak juga yang mulai menyadari bahwa umur bukanlah parameter kehebatan. Dewasa ini banyak sekali kita jumpai mereka yang sangat teramat muda memiliki kualitas diri yang jauh lebih hebat dari diri kita, banyak hal yang tidak bisa kita lakukan tetapi mampu dilakukan oleh mereka yang jauh umurnya dibawah kita.

Dengan kata lain bahwa kualitas diri lah yang membedakan antara manusia satu dengan manusia lainnya, bahkan bisa saja mereka yang berumur tidak dianggap karena tidak memiliki pengaruh apapun dilingkungannya, bahkan banyak mereka yang masih sangat muda menjadi tumpuan untuk kesuksesan suatu kelompok karena kualitas dirinya yang bagus.

Bahkan di sisi Allah subhanahu wa ta'ala, yang menjadi tolak ukur tinggi rendahnya derajat seseorang adalah ketaqwaannya, bukan umurnya. Hal ini menegaskan bahwa umur bukanlah suatu parameter untuk menjadi hebat, melainkan ia hanyalah angka yang harus disyukuri, semakin tua seseorang maka haruslah semakin bersyukur, karena itu adalah kasih sayang yang Allah atas umur panjang yang Dia berikan.

Bersyukur atas umur yang diberikanNya, pergunakan dengan baik dan teruslah memperbaiki diri.

Monday 4 August 2014

Semua Akan Sendiri

Lebaran, istilah yang biasa disebut umat muslim di Indonesia setelah sebulan lamanya berpuasa ramadhan. Di Indonesia juga lebaran identik dengan arus mudik, mudik yang pada esensinya adalah pulang ke kampung halaman bagi mereka yang merantau ke kota orang untuk berkumpul bersama sanak saudara.

Tulisan ini ditulis setelah 24 kali lamanya penulis melakukan arus mudik, mulai dari tahun kelahiran hingga tahun ini 1435 H.

Setiap anak kecil bahagia ketika orang tuanya pergi mudik, karena dalam bayangannya ia akan bertemu saudara-saudaranya dan bermain bersama penuh canda tawa. Pun begitu dengan yang dirasakan orang tuanya, mereka bahagia dapat mengunjungi kampung halaman dan berkumpul dengan ayah bundanya untuk tetap menjalin silaturahim. Seperti halnya saya, dulu sangat senang ketika diajak mudik lebaran, saya dapat bermain bersama saudara dan pada hari raya saya merasa senang karena diberi uang oleh saudara. Sampai ketika orang tua melangkahkan kaki untuk pulang Cibubur untuk kembali melaksanakan rutinitas saya nangis, merasa bahwa kebahagiaan dalam keramaian mulai pergi menjauh.

Sampai hari ini di umur saya yang ke 24, di depan bukit tanpa penghuni saya menuliskan tulisan ini, tulisan yang bagi saya memiliki jutaan makna.

Lebaran kali ini saya melakaanakan mudik bersama keluarga dan saudara yang tidak lain adalah kakak kandung dari ibu saya, ditambah dengan tante ipar dan 4 orang anaknya yang masih balita. Ketika saya tanya, mereka sepakat menjawab ingin bermain dengan si A, si B atau siapalah yang berkesan bagi mereka di hari yang lalu. Hari demi hari berlalu sampai tiba di hari ini, hari dimana keluarga saya harus kembali dan saya ditinggal karena harus pulang beberapa hari kemudian. Saya melihat ketidak relaan saudara-saudara kecil saya untuk pulang, bahkan 2 diantara mereka tidak mau pulang. Dalam bayangan saya "dik, pulanglah, teman bermainmu sudah pulang, saya pun pernah merasakan apa yang kamu rasakan hari ini". Dengan raut wajah sedih mereka menaiki mobil untuk pulang bersama ayahnya, raut wajah mereka tidak dapat menutupi kesedihan yang mereka rasakan.

Begitupun yang ditinggali pulang, dulu waktu nenek masih hidup, saya melihat raut wajah sedih nenek melepas kepergian kami untuk kembali pulang. Sekarang paman kami yang lebih sering melepas kepergian pasca lebaran, karena paman kami yang menghuni rumah yang pernah dihuni oleh (Alm) nenek. Ketika mereka sudah pada pulang saya kembali bersama paman dan memasuki ruangan yang pagi tadi masih ramai oleh candaan saudara-saudara kecil. Sekarang, hanya sepi seperti biasa yang menemani.

Di sinilah letak keindahan itu, saya dapat merasakan kasih sayang keluarga, kasih sayang saudara serta kasih sayang teman-teman yang jarang bertemu. Jika setiap hari bertemu, akankah kebahagiaan selalu menemani? Pada hakikatnya setelah kebahagiaan pasti ada kesedihan, pun seperti itu sebaliknya. Jika saat ini kita masih ramai dikelilingi keluarga, maka pada saatnya kita pasti akan ditemani kesendirian.

Ya Allah, terima kasih atas kehidupan yang indah ini.

Thursday 10 July 2014

REHAT

Jiwa-jiwa yg terus kita gunakan mengejar dunia adakalanya perlu direhatkan. Luka hatinya diobati. Imannya disuburkan. Ketaatannya dirapihkan.

Menjadi sbh kebiasaan Muadz bin Jabal mengingatkan para sahabat utk sejenak merapihkan keimanan. "Ijlis bina nu'minu sa'ah. Mari, kita duduk sejenak utk merapikan iman kita."

Muadz dan para generasi terbaik umat ini sadar betapa hiruk pikuk dunia mbawa kecenderungan hati menjadi kian melenakan.

Maka dalam hidup, kita memerlukan semacam terminal rehat, "The elloquency of silence" kata Ivan Illich. Yakni kefasihan dalam diam..

Diam utk mendalami betapa kita terlalu lama disibukan dunia. Diam utk menginsafi betapa terlalu banyak lisan kita berkata-kata.

Akhi, saat kekhusyuan kita semakin jauh. Saat air mata kita kian mengering, dan saat iman tak lagi terasa manis dalam hati.. Saat itulah mungkin Allah tengah mengundang kita pada  terminal rehat di malam-malam sepertiga.

Allahumma ij'alil hayata ziyadatan lana fi kulli khaiir, waj'alil mauta rohatan lana minkulli syarr. Jadikan ya Allah, kehidupan kami sbg sarana menambah segala kebaikan. Dan jadikan kematian kami sebagai rehat dari segala keburukan.

Salam.
Hamba yg tersaruk mengejar Ramadhan

Oleh :
Dea Tantyo
Alumni 61-2006
** @Gamis61 (Keluarga Alumni Rohis SMAN 61 Jakarta) **
#edisi12

Monday 30 June 2014

Cukang Taneuh (Green Canyon/Ngarai Hijau), Ciamis


Selasa, 17 Juni 2014 saya bersiap berangkat menuju Cukang Taneuh atau Green Canyon (Ngarai Hijau), tempat ini adalah salah satu objek wisata yang paling saya suka, meskipun masih banyak objek wisata indah lainnya di negri ini.

Sunday 29 June 2014

Kala Sang Surya Hampir Tenggelam


Sore itu ketika ku mendapatkan jatah libur satu pekan kukayuhkan sepeda tuaku menuju rumah ayah, rumah yang tidak jauh dari tempatku tinggal, rumah yang selama ini menjadi tempat persinggahan kala hatiku gundah, rumah usang yang sebenarnya sudah tidak layak huni.

Thursday 12 June 2014

KOPI SEMANGAT


Puluhan tahun sudah saya hidup di dunia ini, sebentar lagi (jika Allah menghendaki) saya mencapai seperempat abad. Umur yang patut disyukuri, karena banyak dari saudara-saudara kita yang tidak merasakannya, meskipun banyak juga yang merasakannya bahkan mencapai umur 100 tahun.

Pagi ini saya tidak ingin berbicara tentang umur, karena kita semua tahu bahwa umur manusia sudah ada yang menentukan dan kita sama sekali tidak dapat ikut campur didalamnya. Banyak manusia yang terlihat bugar tiba-tiba meninggal dunia, banyak juga mereka yang mengalami kecelakaan hebat tapi ajal tak menjemputnya, dan ada beberapa yang mencoba bunuh diri tapi gagal. Ya itulah hidup, manusia hanya dapat berharap dan Tuhan-lah yang menentukan, jika saya, ya Allah subhanahu wa ta'ala yang menentukan.

Pagi ini hampir terasa sama seperti pagi-pagi biasanya, kalimat "hampir" sebelum kalimat terasa mengindikasikan bahwa ada yang berbeda pagi ini. Tidak seperti biasanya, saya tersadarkan oleh tumpukan tugas yang mana itu adalah tanggungjawab saya, tugas yang selama ini terabaikan kembali ke permukaan untuk minta diselesaikan. Meskipun pagi-pagi sebelumnya saya juga berkutat dengan tugas, tapi kali ini berbeda, ya tingkat kefokusan saya harus ditingkatkan. Jika sebelumnya gadget selalu menemani, saat ini mau tidak mau saya harus menjauhkannya untuk bisa fokus mengerjakan tugas.

Sebenarnya jika dilihat tidak ada yang spesial dari tulisan ini, tulisan ini hanya sebagai teman untuk saya selalu ingat akan kewajiban yang harus dipenuhi keberadaannya, tulisan yang menjadi motivasi bagi siri saya sendiri, syukur-syukur jika orang lain juga termotivasi. Tulisan ini juga menjadi kopi semangat untuk dapat bergadang dalam kefokusan.

Pada akhirnya saya menyimpulkan, jika ingin fokus ada beberapa hal kecil yang harus dilakukan
  1. Niat, ikat kepala kencang-kencang dan katakan dengan lantang dalam hati bahwa kita bisa!
  2. Jauhkan sarana yang dapat mengganggu untuk sementara waktu seperti gadget.
  3. Ingat, tujuan di dunia ini hanya melakukan yang terbaik untuk dimintai pertanggungjawabannya.
  4. Umur tidak ada yang dapat memastikan.
  5. Bayangkan kebahagiaan masa depan yang akan diraih jika kita terus bersemangat untuk bersungguh-sungguh
Masih banyak sebenarnya yang harus diingat, lima poin di atas sedikit mewakili semuanya, semoga kopi semangat ini bisa menemani kita untuk terus bersungguh-sungguh

@Rikza_Adhia90