Asma'ul Husna

Laman

Friday 18 September 2015

SEDANG INGIN BERDO'A

Lama sudah saya tidak menulis, bukan semata-mata karena malas. Melainkan dalam hati daya ada keinginan kuat apabila saya menulis maka tulisan tersebut haruslah memiliki manfaat yang besar dan minimal memiliki dampak positif bagi siapapun yang membaca.

Dan malam ini saya sedang ingin berdo'a. Berdo'a atas apapun yang terjadi di negri ini, baik dari permasalahan agama, politik maupun muamalah antara manusia sekitar

Saya ingin berdo'a semoga apa yang terjadi merupakan cara Allah menjadikan kita menjadi umat yang sabar, kuat menghadapi cobaan dan terus berjuang untuk menegakkan kalima tauhid.

Semoga apa yang terjadi bagi negri ini merupakan satu pelajaran berharga bagi anak muda untuk dapat menjadi lebih baik dari para pendahulunya

Semoga permainan duniawi yang hanya dilakukan segelintir orang mampu menjadikan kita sebagai umat yang lebih berhati-hati atas segala situasi.

Semoga lisan kita terjaga dari perkataan kotor

Semoga mata kita terjaga dari pandanga-pandangan kotor

Semoga telinga kita dihindarkan dari pendengaran yang buruk

Semoga kaki kita dikuatkan untukd dapat terus melangkah di jalan kebenaran

dan semoga hati kita dibersihkan dari perasaan riya, hasad, dengki serta perasaan-perasaan kotor yang Allah tidak suka dengan itu semua.

Amiin.

Tuesday 17 March 2015

SARAN BAGI PARA PENDAKWAH

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Lama sekali rasanya saya tidak menulis hehehe, disamping malas, rasanya saya belum cukup cakap untuk menyebarkan tulisan informatif dan inspiratif bagi sahabat di dunia maya ini. Betapa tidak, saya merasa ilmu yang saya miliki masih sangat cetek sehingga khawatir bahwa apa yang saya tulis malah menjurus ke arah kebodohan atau tidak ada manfaatnya sama sekali.

Namun, jika berfikiran seperti itu terus kapan mau majunya? sedangkan diluar sana sudah sangat banyak sekali berita-berita pembodohan umat yang tersebar tanpa disaring.

Oke kita mulai. Sedikit ingin bercerita tentang kondisi masyarakat negri kita ini. Memang saya belum bisa menyebutnya ini suatu kondisi masyarakat secara keseluruhan, karena data yang saya ambil hanya data masyarakat yang berada di lingkungan saya pribadi.

Saya tinggal di suatu perkampungan, dimana masyarakatnya setengah rajin ke mushola dan setengahnya tidak, dan hampir semua tertera di KTP miliknya beragama Islam. Memang sih, berangkat atau tidaknya seseorang menuju masjid/mushola tidak menjadi parameter bahwa Islam orang tersebut lemah. Barangkali saja mereka yang tidak pernah ke masjid jauh lebih khusyu' jika sholat bersama keluarga atau sendirian. Maka dari itu saya tidak akan menilai dari sisi ini.

Sebagai orang yang dianggap sedikit paham tentang agama, saya beberapa kali ditunjuk untuk mengisi mau'idzoh hasanah ketika pengajian. Sebenarnya ada rasa khawatir dalam hati ketika menyampaikannya, khawatir jika apa yang disampaikan adalah hal-hal yang sama sekali tidak ada dalam diri saya. Na'udzubillah

Tapi dari rasa khawatir itu selalu muncul dalam benak saya bahwa saya harus memberi manfa'at bagi lingkungan sekitar, dengannya saya mempersiapkan materi yang baik dan bagus sehingga masyarakat dapat menerima tanpa ada rasa kesal atas ucapan saya.

Dengannya ini adalah suatu sarana dakwah bagi saya.

BAGAIMANA CARA BERDAKWAH YANG BAIK?

Menurut saya, terlepas dari dalil Al-Qur'an maupun As-Sunnah. Saya berpendapat bahwa dakwah yang baik pertama adalah melalui keteladanan. Bukankah Nabi Muhammad sebelum diutus menjadi seorang Rasul sudah memberikan keteladanan yang sangat baik kepada lingkungan sekitar? Sehingga melekat daripadanya kalimat Shiddiq, Amanah, Tabligh, Fatonah.

Oleh karenanya sebisa mungkin apa yang disampaikan ketika berdakwah adalah apa-apa yang orang lain biasa dan bisa lihat kepada keseharian kita.

Kedua, jangan terlalu keras dalam berdak'wah, bukankah Rasul melakukan dakwah dengan cara yang lemah lembut sehingga banyak orang yang hatinya terketuk? Jika mengambil contohnya dengan berperang, itu adalah konsekwensi apabila kita sudah diperangi terlebih dahulu. Jika yang terjadi adalah perang pemikiran melalui media-media sekuler, maka kita juga harus memeranginya dengan ilmu pengetahuan melalui media dengan cara masiv dan benar.

Tapi, keras yang saya maksud di atas adalah, dalam penyampaian kita terlalu sering menyebut surga dan neraka, misalkan atas perkara kejahatan kecil pasti masuk neraka ataupun kebalikannya. Karena perlu diketahui bahwa yang memasukan umat manusia ke dalam syurga maupun neraka adalah Sang Pemilik keduanya. Kita hanya bisa menyampaikan bagaimana jalan meraih antara syurga dan neraka, kita tidak boleh langsung memvonis bahwa orang tersebut pasti masuk syurga atau neraka. Bukankah Allah sudah menentukan siapa-siapa saja yang dipastikan masuk syurga? oleh karena itu kita dilarang menentukan sendiri bahwa si fulan pasti akan masuk neraka. Na'udzubillah, semoga lisan kita terjaga.

Ketiga, apabila dakwah dengan ceramah, sampaikan isi dari dakwah dengan cerita atau kisah yang inspiratif dan hampir semua orang taum angkat kembali kisah tersebut khususnya kisah-kisah yang ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga ketika kita menyampaikan kisah tersebut, yang tersentuh adalah hati para pendengar, mereka akan menyadari dalam hatinya "Oh iya ya, saya seperti itu, ternyata seperti itu tidak boleh dan bla, bla, bla.

Dengannya yang tersentuh adalah hatinya, jika ucapan kita mampu menyentuh hatinya dengan ucapan yang lebut, maka percayalah bahwa orang tersebut akan berubah secara perlahan dan kita diharuskan untuk selalu membimbingnya.

wallahu a'lam disshowaab

ada banyak poin lainnya yang belum disampaikan, Insha Allah disambung di lain kesempatan

Wassalamu'alaikum ikhwattii fillaah :)