Petualang Muslim
Thursday, 4 February 2016
Belajar Kapanpun
Selepas kelulusan s1 saya memilih untuk melanjutkan studi s2, bisa dibilang ini merupakan keinginan yang terpenuhi, karena jujur saja sebelumnya tidak ada bayangan untuk melanjutkan studi, dan alhamdulillah Allah memiliki rencana lain dan saya bisa melanjutkan studi magister di Sekolah Bisnis IPB (SB-IPB)
menurut saya belajar merupakan suatu keharusan bagi siapapun, ya meskipun belajar tidak selamanya harus di ruangan kelas. Bagi mereka yang tidak kuliah pun harus ada dalam dirinya untuk selalu belajar disetiap saat, setiap aktivitas yang dilakukan dan dimanapun dirinya berada. Karena saya sangat yakin, mereka yang berpendidikan jauh memiliki pola pikir dibandingkan yang tidak.
Bayangkan saja para ulama muslim zaman dulu, beliau tidak segan-segan untuk berjalan puluhan bahkan ratusan kilometer hanya untuk berjumpa dengan guru dan memohon izin untuk diajarkan suatu ilmu. Jika dibandingkan dengan saat ini maka kita tidaklah ada apa-apanya dibandingkan beliau. Jika saat ini mudah saja, ketika menemukan suatu permasalahan kita tinggal mengungkapkan apa yang ada difikiran kita, tanpa merasakan lemah akan kefakiran ilmu. Atau bisa saja kita tinggal membuka laptop dan mengunjungi website-website yang tidak jarang didalamnya terdapat informasi sesat.
Ya pada intinya, tetaplah belajar, dimanapun kamu berada. Belajar tidak harus dikelas, belajar hanya butuh kemauan yang kuat untuk kamu dapat mencari guru untuk ditanyai suatu permasalahan dalam kehidupanmu.
Tetaplah semangat. Belajarlah, karena terus belajar merupakan tanda kesyukuran kepada Sang Pemberi Ilmu.
Friday, 18 September 2015
SEDANG INGIN BERDO'A
Dan malam ini saya sedang ingin berdo'a. Berdo'a atas apapun yang terjadi di negri ini, baik dari permasalahan agama, politik maupun muamalah antara manusia sekitar
Saya ingin berdo'a semoga apa yang terjadi merupakan cara Allah menjadikan kita menjadi umat yang sabar, kuat menghadapi cobaan dan terus berjuang untuk menegakkan kalima tauhid.
Semoga apa yang terjadi bagi negri ini merupakan satu pelajaran berharga bagi anak muda untuk dapat menjadi lebih baik dari para pendahulunya
Semoga permainan duniawi yang hanya dilakukan segelintir orang mampu menjadikan kita sebagai umat yang lebih berhati-hati atas segala situasi.
Semoga lisan kita terjaga dari perkataan kotor
Semoga mata kita terjaga dari pandanga-pandangan kotor
Semoga telinga kita dihindarkan dari pendengaran yang buruk
Semoga kaki kita dikuatkan untukd dapat terus melangkah di jalan kebenaran
dan semoga hati kita dibersihkan dari perasaan riya, hasad, dengki serta perasaan-perasaan kotor yang Allah tidak suka dengan itu semua.
Amiin.
Tuesday, 17 March 2015
SARAN BAGI PARA PENDAKWAH
Tuesday, 30 December 2014
Depopulasi Muslim Indonesia
Monday, 29 September 2014
UMUR
Monday, 4 August 2014
Semua Akan Sendiri
Lebaran, istilah yang biasa disebut umat muslim di Indonesia setelah sebulan lamanya berpuasa ramadhan. Di Indonesia juga lebaran identik dengan arus mudik, mudik yang pada esensinya adalah pulang ke kampung halaman bagi mereka yang merantau ke kota orang untuk berkumpul bersama sanak saudara.
Tulisan ini ditulis setelah 24 kali lamanya penulis melakukan arus mudik, mulai dari tahun kelahiran hingga tahun ini 1435 H.
Setiap anak kecil bahagia ketika orang tuanya pergi mudik, karena dalam bayangannya ia akan bertemu saudara-saudaranya dan bermain bersama penuh canda tawa. Pun begitu dengan yang dirasakan orang tuanya, mereka bahagia dapat mengunjungi kampung halaman dan berkumpul dengan ayah bundanya untuk tetap menjalin silaturahim. Seperti halnya saya, dulu sangat senang ketika diajak mudik lebaran, saya dapat bermain bersama saudara dan pada hari raya saya merasa senang karena diberi uang oleh saudara. Sampai ketika orang tua melangkahkan kaki untuk pulang Cibubur untuk kembali melaksanakan rutinitas saya nangis, merasa bahwa kebahagiaan dalam keramaian mulai pergi menjauh.
Sampai hari ini di umur saya yang ke 24, di depan bukit tanpa penghuni saya menuliskan tulisan ini, tulisan yang bagi saya memiliki jutaan makna.
Lebaran kali ini saya melakaanakan mudik bersama keluarga dan saudara yang tidak lain adalah kakak kandung dari ibu saya, ditambah dengan tante ipar dan 4 orang anaknya yang masih balita. Ketika saya tanya, mereka sepakat menjawab ingin bermain dengan si A, si B atau siapalah yang berkesan bagi mereka di hari yang lalu. Hari demi hari berlalu sampai tiba di hari ini, hari dimana keluarga saya harus kembali dan saya ditinggal karena harus pulang beberapa hari kemudian. Saya melihat ketidak relaan saudara-saudara kecil saya untuk pulang, bahkan 2 diantara mereka tidak mau pulang. Dalam bayangan saya "dik, pulanglah, teman bermainmu sudah pulang, saya pun pernah merasakan apa yang kamu rasakan hari ini". Dengan raut wajah sedih mereka menaiki mobil untuk pulang bersama ayahnya, raut wajah mereka tidak dapat menutupi kesedihan yang mereka rasakan.
Begitupun yang ditinggali pulang, dulu waktu nenek masih hidup, saya melihat raut wajah sedih nenek melepas kepergian kami untuk kembali pulang. Sekarang paman kami yang lebih sering melepas kepergian pasca lebaran, karena paman kami yang menghuni rumah yang pernah dihuni oleh (Alm) nenek. Ketika mereka sudah pada pulang saya kembali bersama paman dan memasuki ruangan yang pagi tadi masih ramai oleh candaan saudara-saudara kecil. Sekarang, hanya sepi seperti biasa yang menemani.
Di sinilah letak keindahan itu, saya dapat merasakan kasih sayang keluarga, kasih sayang saudara serta kasih sayang teman-teman yang jarang bertemu. Jika setiap hari bertemu, akankah kebahagiaan selalu menemani? Pada hakikatnya setelah kebahagiaan pasti ada kesedihan, pun seperti itu sebaliknya. Jika saat ini kita masih ramai dikelilingi keluarga, maka pada saatnya kita pasti akan ditemani kesendirian.
Ya Allah, terima kasih atas kehidupan yang indah ini.
Thursday, 10 July 2014
REHAT
Jiwa-jiwa yg terus kita gunakan mengejar dunia adakalanya perlu direhatkan. Luka hatinya diobati. Imannya disuburkan. Ketaatannya dirapihkan.
Menjadi sbh kebiasaan Muadz bin Jabal mengingatkan para sahabat utk sejenak merapihkan keimanan. "Ijlis bina nu'minu sa'ah. Mari, kita duduk sejenak utk merapikan iman kita."
Muadz dan para generasi terbaik umat ini sadar betapa hiruk pikuk dunia mbawa kecenderungan hati menjadi kian melenakan.
Maka dalam hidup, kita memerlukan semacam terminal rehat, "The elloquency of silence" kata Ivan Illich. Yakni kefasihan dalam diam..
Diam utk mendalami betapa kita terlalu lama disibukan dunia. Diam utk menginsafi betapa terlalu banyak lisan kita berkata-kata.
Akhi, saat kekhusyuan kita semakin jauh. Saat air mata kita kian mengering, dan saat iman tak lagi terasa manis dalam hati.. Saat itulah mungkin Allah tengah mengundang kita pada terminal rehat di malam-malam sepertiga.
Allahumma ij'alil hayata ziyadatan lana fi kulli khaiir, waj'alil mauta rohatan lana minkulli syarr. Jadikan ya Allah, kehidupan kami sbg sarana menambah segala kebaikan. Dan jadikan kematian kami sebagai rehat dari segala keburukan.
Salam.
Hamba yg tersaruk mengejar Ramadhan
Oleh :
Dea Tantyo
Alumni 61-2006
** @Gamis61 (Keluarga Alumni Rohis SMAN 61 Jakarta) **
#edisi12
Monday, 30 June 2014
Cukang Taneuh (Green Canyon/Ngarai Hijau), Ciamis
Sunday, 29 June 2014
Kala Sang Surya Hampir Tenggelam
Thursday, 12 June 2014
KOPI SEMANGAT
Puluhan tahun sudah saya hidup di dunia ini, sebentar lagi (jika Allah menghendaki) saya mencapai seperempat abad. Umur yang patut disyukuri, karena banyak dari saudara-saudara kita yang tidak merasakannya, meskipun banyak juga yang merasakannya bahkan mencapai umur 100 tahun.
- Niat, ikat kepala kencang-kencang dan katakan dengan lantang dalam hati bahwa kita bisa!
- Jauhkan sarana yang dapat mengganggu untuk sementara waktu seperti gadget.
- Ingat, tujuan di dunia ini hanya melakukan yang terbaik untuk dimintai pertanggungjawabannya.
- Umur tidak ada yang dapat memastikan.
- Bayangkan kebahagiaan masa depan yang akan diraih jika kita terus bersemangat untuk bersungguh-sungguh