Berita siang ini tentang terbunuhnya seorang siswa oleh ketiga temannya sedikit membuat saya semakin sedih akan karakter anak-anak calon generasi penerus di negri tercinta Indonesia ini, bukan permasalahan ekonomi yang menghimpit atau masalah besar lainnya yang memberanikan diri mereka untuk membunuh temannya. Akan tetapi hanya karena masalah merasa diejek yang berakibat kepada hilangnya nyawa.
Bukan baru sekali kejadian ini terjadi, beberapa waktu lalu dunia Sekolah Menengah Pertama (SMP) digegerkan dengan aksi siswa yang melakukan hubungan asusila di dalam kelas yang disaksikan oleh teman-temannya. Menyedihkan, anak yang baru ingin beranjak dewasa tersebut sudah berani bahkan dihadapan teman-temannya dan di ruang kelas.
Masih banyak lagi rentetan kejadian mengharukan yang membuat buruk citra karakter manusia yang ada di Indonesia ini. Meski bagaimanapun setiap pihak memiliki tanggungjawab untuk merubah keadaan menjadi lebih baik, bukan memperkeruh keadaan dengan mengotori negri ini.
Sifat, watak dan karakter manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan, maupun proses pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu lingkungan yang baik cenderung akan membentuk karakter yang baik, lingkungan yang buruk demikian pula akan mencetak watak dan karakter yang buruk. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk karakter:
Memulai dari diri sendiri
Adalah hal yang sangat sulit jika harus merubah kebiasaan orang lain, kecuali ketika orang lain tersebut dapat mengambil teladan dari orang yang dilihatnya. Dengan seperti itu, secara tidak disadari orang-orang akan berlomba dan berusaha untuk sepertinya atau bahkan mencoba untuk menjadi lebih baik daripada dirinya sehingga timbul rasa kompetisi di dalam kebaikan yang menjadikan kebiasaan suatu wilayah menjadi lebih baik
Menjaga sikap dengan berlaku sopan
Sopan santun atau akhlak baik yang bersifat lahir. Ukuran sopan santun terletak pada cara pandang suatu masyarakat. Oleh karena itu cara pandang sopan-santun dan sikap suatu daerah mungkin berbeda dengan cara pandang masyarakat yang lain. Sopan santun diperlukan ketika berkomunikasi dengan orang lain, dengan penekanan utama pertama kepada orang yang lebih tua atau guru. Kedua kepada orang yang lebih muda, anak, murid, dan sebagainya. Ketiga kepada orang yang setingkat atau sebaya, seusia atau setingkat status sosial.
Sopan santun pada anak tertanam melalui kebiasaan sehari-hari di rumah. Apa yang diajarkan orang tua di rumah akan melekat pada diri anak. Sopan santun pada remaja tertanam disamping melalui kebisaan dalam rumah juga melalui proses pergaulan teman sebaya, di sekolah atau melalui suatu tontonan. Sedangkan sopan santun pada remaja disamping karena perbekalan pada masa anak-anak dan remaja terbentuk melalui perilalu para tokoh masyarakat, terutama tokoh yang dihormati.
Disiplin
Disiplin merupakan salah satu pintu meraih kesuksesan. Kepakaran dalam bidang ilmu pengetahuan tidak akan memiliki makna signifikan tanpa disertai sikap disiplin. Sering kita jumpai orang berilmu tinggi tetapi tidak mampu berbuat banyak dengan ilmunya, karena kurang disiplin. Sebaliknya, banyak orang yang tingkat ilmunya biasa-biasa saja tetapi justru mencapai kesuksesan luar biasa, karena sangat disiplin dalam hidupnya.
Tidak ada lembaga pendidikan yang tidak mengajarkan disiplin kepada anak didiknya. Demikian pula organisasi atau institusi apapun, lebih-lebih militer, pasti sangat menekankan disiplin kepada setiap pihak yang terlibat di dalamnya. Semua pasti sepakat, rencana sehebat apapun akan gagal di tengah jalan ketika tidak ditunjang dengan disiplin
Kebersihan
Pengetahuan tentang korelasi antara kebersihan dengan lingkungan dan kesehatan dibentuk melalui proses pendidikan. Peran orang tua sangat vital didalam membangun karakter sang anak. kepekaan terhadap kebersihan dibangun melalui proses pembiasaan sejak kecil. Kesungguhan serta konsisitensi orang tua terhadap keharusan anak untuk cuci tangan sebelum makan, cuci kaki sebelum tidur, mandi dan gosok gigi secara teratur, menyapu lantai dan halaman rumah, buang sampah di tempat sampah, menempatkan sepatu ditempatnya, merapikan baju dan buku dikamarnya. Merapikan tempat tidur setiap bangun tidur, adalah merupakan pekerjaan membiasakan anak pada hidup bersih hingga kedasaran akan kebersihan itu menjadi bagian dari kepribadiannya.
Kejujuran
Dalam bahasa arab disebut dengan istiah siddq dan amanah. Siddiq artinya benar, amanah artinya dapat dipercaya, ciri orang jujur adalah tidak suka bohong, meski demikian jujur yang berkonotasi positif berbeda dengan jujur dalam arti lugu dan polos. Dalam sifat amanah mengandung arti cerdas, yakni kejujuran yang disampaikan dengan bertanggung jawab. Jujur bukan berarti mengatakan semua yang diketahui apa adanya, tetapi mengatakan apa yang diketahui sepanjang mengandung kebaikan dan tidak menyebutnya jika diperkirakan membawa akibat buruk bagi dirinya dan orang lain.
Sifat jujur membawa pribadi setiap manusia menjadi seorang pemberani dalam kebenaran, dalam jangka panjang bisa menjadikan seseorang anti untuk melakukan praktek korupsi, curang atau segala aktivitas buruk lainnya.
No comments:
Post a Comment