Sedikit terhenyak pagi ini (25-12-2013) ketika membaca sebuah artikel di laman republika online terkait guru kita. dengan judul Lho "Kok Guru Banyak yang Cerai?" saya penasaran dan melanjutkan membaca hingga tuntas. Sampai pada kalimat "akhir-akhir ini tingkat perceraian di kalangan guru profesional semakin meningkat. Tingginya tingkat perceraian di kalangan pendidik ini akibat meningkatnya kesejahteraan para guru karena bertambahnya penghasilan. Dengan uang yang dimiliki, mereka mencari kebahagiaan lain di luar rumah". Kalimat tersebut sesuai dengan penuturan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Musa Asy'arie.
Mungkin banyak orang menganggap kalimat diatas adalah kalimat biasa, tapi tidak untuk saya. Kalimat tersebut menandakan bahwa guru saat ini dijadikan profesi untuk dinikmati hasilnya demi kebahagiaan manusiawi, bukan terfokus kepada pengabdian dalam mengamalkan ilmunya demi manfaat bagi murid-murid yang membutuhkannya.
Jika faktanya adalah para guru menunjukan kepribadian negatif dalam kehidupannya, bukan hal mustahil jika para murid kelak mengikutinya, bahkan bisa lebih parah dari apa yang dilakukan para gurunya itu. Lalu, bagimana kesiapan para generasi penerus yang dididik untuk menjadi agent of change?. Ya mungkin ini hanya di suatu daerah saja. Saya sangat berharap agar hal ini dapat berkurang bahkan hilang dan para guru menjalankan fungsinya seperti pada hakikatnya. Mengajar tanpa pamrih dan mewakafkan jiwa raganya untuk berdakwah ilmu demi generasi yang lebih baik.
Meski bagaimanapun, guru adalah teladan dari para siswa seetelah keteladaan yang mereka dapatkan di lingkungan keluarga.
No comments:
Post a Comment