Asma'ul Husna

Laman

Friday 10 January 2014

Menyikapi Penyesalan...

Pengetian Penyesalan

Penyesalan, merupakan reaksi sadar dan emosi negatif untuk tindakan masa lalu pribadi dan perilaku. Penyesalan sering dinyatakan dengan istilah "maaf." Penyesalan sering merupakan perasaan sedih, malu, jengkel depresi, atau rasa bersalah, setelah satu tindakan dengan cara dan kemudian berharap untuk tidak melakukannya. Penyesalan berbeda dari rasa bersalah, yang merupakan bentuk sangat emosional penyesalan - salah satu yang mungkin sulit untuk memahami secara obyektif atau konseptual. Dalam hal ini, konsep penyesalan adalah perasaaan bersalah dalam hal intensitas emosionalnya.

Seperti halnya kita, tidak akan pernah terlepas dari perasaan tersebut setelah salah dalam mengambil langkah, atau setelah melakukan hal yang sebenarnya tidak penting akan tetapi tetap dilakukan. 6 hari lalu saya mengalami sedikit musibah, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir dan mudah-mudahan benar-benar untuk yang terakhir kalinya saya terjatuh dari sepeda motor saat perjalanan menuju Sentul dari Cibinong.

Pagi ini saya diingatkan melalui kolom "mention" akun saya dari salah satu twit teman saya. Dia berkicau, terkait permohonan do'a saya kepada orang yang sedang sakit. Seketika itu juga saya langsung terbayang oleh suatu fikiran seraya bergumam "lho, bukannya sudah satu pekan ini saya sakit? lalu mengapa tidak memaksimalkan diri untuk berdo'a lebih kepadaNya supaya apa-apa yang diharapkan benar-benar terkabul. Ya, itu lah saya, manusia lemah yang hanya ingat diakhir keadaan. Meski bagaimanapun penyesalan yang ada jangan sampai terbawa hingga larut, cukup sesaat saja untuk bahan evaluasi sehingga menjadi batu loncatan untuk benar-benar meloncat ke keadaan yang lebih baik. Baik dari sisi ruuhiyyah maupun dari sisi perilaku jasadiyyah yang dikemudikan oleh hati dan akal.

Bukan berarti orang-orang yang telah gagal adalah mereka yang tidak boleh bangkit dan harus tetap terjerumus di kubangan penyesalan. Adanya penyesalan untuk diperbaiki dan tidak mengulanginya dilain waktu.


1. Identifikasi
Rasa penyesalan seringkali berkepanjangan dan tanpa akhir jika dibiarkan mengambang dan tidak jelas. Lebih baik mulai membuat daftar hal-hal yang membuat menyesal. Dengan membuat daftar semacam itu, kita akan berpikir kembali apakah Anda benar-benar menyesalinya.

2. Jangan menghakimi diri sendiri
Terima fakta bahwa semua orang melakukan kesalahan. Ketika menyadari kesalahan kita, seringkali orang menghakimi diri sendiri. Jangan lakukan hal itu. Alih-alih menghakimi dan membuat perasan memburuk, kenapa tidak mencoba memaafkan diri kita sendiri?

3. Pelajari kesalahan
Tak ada manfaatnya menyalahkan diri sendiri terus-menerus. Lebih baik belajar dari kesalahan yang sudah Anda lakukan. Terimalah bahwa kita telah melakukan kesalahan, dan berniat untuk memperbaiki diri.

4. Hal yang di luar jangkauan
Tak ada gunanya menyesali hal yang berada di luar kontrol kita. Terima fakta bahwa kita tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu. Bahwa hal tersebut berada di luar jangkauan kita. Ketahuilah bahwa kita sudah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan kita.

5. Semuanya sementara
Semua hal dalam kehidupan ini sementara. Baik kesalahan yang dilakukan, penyesalan, maupun hal-hal baik yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya. Jangan membuang waktu untuk menyesal. Alih-alih, gunakan waktu yang sementara ini untuk melakukan hal yang lebih baik.

6. Berpikir ulang
Jika kesalahan mengarah pada masa depan yang lebih baik, maka ini sebenarnya adalah berkah yang tersembunyi. Terima kesalahan dengan penuh tanggung jawab dan bersikaplah terbuka pada kemungkinan yang baru. Hidup harus terus berlanjut.

Berikut beberapa cara untuk mengatasi rasa menyesal dalam diri. Meski melakukan kesalahan, tak seharusnya membiarkan penyesalan terus menghantui diri kita. Ada waktunya untuk menutup lembar lama, belajar dari kesalahan, dan membangun masa depan baru yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment