Asma'ul Husna

Laman

Saturday 26 April 2014

Bagaimana Menegur Saudara, Rekan, Karyawan Ketika Mereka Melakukan Kesalahan

Dunia semakin tua, kehidupan pun sudah sekian lama berjalan, problematika makin beragam mulai dari persoalan A – Z seringkali dijumpai setiap harinya, entah itu persoalan diri sendiri, persoalan terhadap keluarga, persoalan dengan rekan sahabat maupun persoalan antar pegawai. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas sedikit terkait tata cara menegur, memarahi atau menasihati kepada rekan kita jika kita melihat mereka melakukkan kesalahan. Baik itu kesalahan yang dilakukan keluarga sendiri, teman sepergaulan dan khususnya yang sering terjadi adalah kesalahan yang dilakukan oleh pegawai terhadap pekerjaannya dan bagaimanakah cara atasan menegur/mengingatkan terkait hal ini?

Suatu ketika saya sedang iseng membaca buku Manajemen Syari’ah – Sebuah kajian Historis dan Kontemporer karya Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn. Tepat pada halaman ke-122 saya tertarik untuk menuliskan tulisannya di blog ini. Berikut potongan tulisan beliau:

Rasulullah memberikan pelajaran bahwa para pejabat dan pegawai harus senantiasa dipantau dan dikoreksi, mereka harus ditunjukan kesalahan yang mungkin mereka lakukan. Akan tetapi, cara mengingatkannya harus bijaksana, tidak bisa dilakukan dihadapan khalayak ramai untuk menjaga kehormatan dan harga diri mereka. Hal ini tercermin dari kasus Iyadh bin Ghanam, pejabat Khalifah Umar r.a. suatu ketika Iyadh melakukan kesalahan, kemudian ditegur secara keras oleh Hisyam bin Hakin didepan orang banyak, sehingga Iyadh marah. Perseteruan ini mereda beberapa malam, kemudian Hisyam mendatangi Iyadh dan meminta maaf. Hisyam berkata kepada Iyadh:
Apakah engkau tidak mendengar bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya orang yang akan menerima siksa paling pedih adalah orang yang paling pedih menyiksa orang di dunia.”
Iyadh berkata:
Aku mendengar apa yang engkau dengar, dan melihat apa yang engkau lihat, apakah engkau tidak mendengar bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Barang siapa menginginkan untuk memberikan nasihat kepada penguasa, maka janganlah diperlihatkan secara jelas...”
Jauh sebelum problematika dalam dunia perkantoran, usaha maupun sarana yang mempertemukan antara satu pihak dengan pihak lain terjadi, Rasulullah telah mengemukakan teori agar suatu kelompok dapat berjalan secara harmonis penuh kehangatan kekeluargaan, tidak ada didalamnya pertentangan yang terjadi. 

Kontemporer ini, seringkali suatu perusahaan mengalami penurunan produktivitas bukan hanya disebabkan oleh faktor kurangnya modal. Banyak dari mereka memiliki kekuatan modal namun pada perjalanannya produktivitas yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut sangatlah rendah. Hal ini tercermin karena pemilik maupun perumus perusahaan belum memiliki skema manajemen perusahaan yang baik. Salah satunya adalah manajemen didalam hubungan antara atasan dengan para pegawainya, seringkali para pegawai hanya dianggap sebagai faktor produksi, bukan sebagai rekan kerja dan keluarga sendiri yang akan bersama memajukan perusahaan terkait. Seringkali para atasan tidak menganggap bahwa pekerja juga manusia yang memiliki hati nurani. Dimana, ketika hati nurani mereka terganggu, maka output yang mereka hasilkan juga terganggu.

Sering terjadi bahwa beberapa atasan memarahi para pegawainya yang melakukan kesalahan dihadapan pegawai lainnya, mungkin hal ini akan bermanfaat dalam memberikan pelajaran kepada pegawai terkait untuk tidak mengulanginya lagi. Namun, hal seperti ini akan berdampak negatif kepada pegawai terkait karena jauh didalam hatinya ia merasa hina dihadapan rekan kerjanya. Ia merasa kecewa serta memendam rasa kesal yang menyebabkan aktivitasnya berjalan tidak lancar.

Adabnya adalah ketika seseorang melakukan kesalahan terhadap kita maka hendaklah kita memanggilnya untuk mendengarkan penjelasannya baru mengingatkannya, jangan sampai, ketika ia melakukan kesalahan langsung dieksekusi di tempat dan membuat semua orang tahu akan kesalahan yang dilakukannya.

Harapannya, semoga kisah Iyadh di atas dapat memberikan sedikit gambaran bagaimana memperlakukan para pegawai yang melakukan kesalahan dalam pandangan Islam melalui pesan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Thursday 24 April 2014

Budaya Menulis

Sempat merasakan kenikmatan menulis beberapa tahun terakhir, merasa dengan menulis saya dapat sedikit mengekspresikan pengalaman yang terjadi setiap detiknya, juga menumpahkan sedikit ilmu yang didapat dari kehidupan ini. Lambat laun saya pun sadar bahwa menulis adalah aktivitas ringan dengan kekayaan akan makna. Dengan menulis juga membiasakan diri untuk dapat mempertahankan budaya memanfaatkan waktu untuk suatu hal yang produktif.

Sunday 13 April 2014

Etika Usaha: Sikap Ramah

Siang ini hawa di Sentul kurang bersahabat. Terik matahari begitu menyengat kulit dan menyilaukan mata. Saya memutuskan untuk keluar membeli minuman dingin guna melepaskan sedikit dahaga. Bersama seorang teman saya menyusuri jalanan Sentul menggunakan sepeda motor menuju ke arah Babakan Madang, tempat dimana para pedagang menjajakkan dagangannya.

Saturday 12 April 2014

Indonesiaku, Indonesia Kita Semua

Terhenyak hati ini ketika mendengar lantunan lagu Indonesia Jaya. Dengan lirik:

Hari-hari Terus Berlalu
Tiada pernah berhenti
S'ribu rintang jalan berliku
Bukanlah suatu penghalang

Tuesday 8 April 2014

Bolehkah Bermakmum pada Imam yang Rusak Bacaannya?

Diambil dari salah satu artikel di republika.co.id



Pertanyaan:
Bagaimana hukumnya bermakmum kepada imam yang rusak bacaannya? Apakah perlu mufaraqah? Lalu cara mufaraqah dalam shalat bagaimana?

Jawaban

Tuesday 1 April 2014

Ini Semua Tentang Pendidikan

"Tradisi Juara" dua kata ini seringkali saya dengar setelah merasakan perkuliahan di STEI Tazkia mulai tahun kedua. tepatnya ketika saya bergabung di salah satu organisasi tertua di kampus. Maklum, hampir di beberapa event baik regional maupun nasional kami tidak pernah absen merasakan juara. baik itu juara satu maupun ketiga. Pada intinya sering merasakan juara. Sampai-sampai banyak piala yang mampir di etalase lobi kampus serta foto-foto para jawara terpampang di tembok sisi lain lobi.

Sedang Ingin Menulis

Menulis. Yaa, malam ini saya sedang ingin menulis. Entah tulisan apa yang akan ditulis. Pada intinya saya ingin menulis. Melukiskan isi hati yang entah terarah kemana. Pada intinya saya ingin menulis. Menggerakan jari-jari untuk tetap menekan nut keyboard penyanggah PC untuk membuat sebuah tulisan. Yaa untuk sebuah tulisan. Karena pada intinya malam ini saya ingin menulis. Mungkin banyak mereka yang membaca mengaggap saya bagaikan orang bodoh yang membuang-buang waktu karena mengulang-ngulang kalimat pada tulisan ini. Biarkan saja, karena niat awalnya saya ingin menulis. Apapun tulisan yang tertulis, pada intinya ini hanya keinginan saya malam ini untuk menulis.

Menulis sebagai gambaran isi hati, langit-langit angan yang tak bisa dinyatakan di alam realita. Alam yang penuh dengan kegundahan semata. Berbahagialah bagi mereka yang dapat menulis dengan kebahagiaan, karena pada dasarnya kebahagiaan membawa tubuh ini terbang di langit penuh aksara, langit yang menentramkan jiwa, langit dengan jutaan bintang dan satu bulan sebagai penanda keindahan.

Menulis. Yaaa, saya sedang ingin menulis.